Profil

Kekuatan Komunikator Menekan Komunikan Dalam Dunia Kerja

Sabtu, 17 Desember 2022 15.58

Ahmad Nur Aji Wibowo mahasiswa, Mahasiswa Program Pascasarjana Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Prof. K.H Saifuddin Zuhri (UIN SAIZU) Purwokerto

Suara Purwokerto - Dalam dunia kerja terdapat kedudukan antara pimpinan dengan karyawan yang diterapkan di semua perusahaan. Pimpinan mengatur hilir pekerjaan bagi karyawan-karyawan lainnya. Pimpinan dalam dunia kerja menjadi komunikator yang dapat mengendalikan karyawan atau bawahan bawahannya layaknya sebuah akar pohon yang bercabang kuat mencengkram ke bawah. Pimpinan paling banyak didengar, disegani, dan ditakuti oleh para karyawan. Hal ini tak terlepas dengan adanya  kekuatan yang dimiliki masing masing baik pimpinan yang memiliki kedudukan lebih dibanding karyawan-karyawan lain.
Kedudukan pimpinan memiliki kekuasaan yang berpengaruh besar terhadap karyawan – karyawan lain dalam berkomunikasi. Ketika karyawan mendapatkan perintah maka mereka akan mengerjakan tugasnya sesuai janji kontrak kerja. Namun budaya dunia kerja tidak selamanya sama seperti kontrak di awal. Pimpinan sering kali memberikan pekerjaan di luar dari perjanjian kontrak kerja. Karyawan yang kedudukannya berada di bawah rata-rata tidak berani menyanggah perintah yang bukan tugasnya. Beberapa mungkin sudah ada yang berani bicara, namun alih alih mendapatkan haknya justru tekanan, ancaman, intimidasi atau manipulasi diberikan pimpinan. Hal ini bisa berupa penekanan hak bicara, ancaman akan dipecat, intimidasi keberadaan dirinya, dan manipulasi pemberian komisi di luar kontrak yang berujung janji janji palsu.
Hal ini sering terjadi di dunia kerja hingga menyebabkan psikis karyawan tertekan dan seolah seolah tidak memiliki harga diri sebagai manusia. Jarang sekali perusahaan yang memanusiakan karyawan layaknya manusia hingga muncul sebutan budak corporation. Dalam hal ini efektivitas komunikator terhadap komunikan terjalin rata rata hanya satu arah. Dalam buku Psikolologi Komunikasi yang ditulis Jalaludin Rahmat, efektivitas komunikator terhadap komunikan dapat terjalin melalui  tiga faktor yakni kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Dari ke tiga hal tersebut, pimpinan memiliki dominan penuh dalam faktor kekuasaan.
Kekuasaan yang ia miliki merupakan kemampuan menimbulkan ketundukan yang tercipta dari adanya komunikasi antara komunikan dengan komunikator. Kekuasaan ini akan menyebabkan seorang komunikator dapat memaksakan kehendak orang lain. Hal ini karena ia memiliki sumber daya yang penting. Terdapat jenis-jenis kekuasaan dalam dunia kerja. Kekuasaan yang pertama, kekuatan koersif berupa pemberian hukuman terhadap karyawan jika terlambat mengerjakan tugas. Kekuasaan kedua yakni keahlian yang berasal dari pengetahuan pimpinan karena pengalaman kerja sehingga karyawan lain lebih mendengar. Kekuasan ketiga, kekuasaan legal yang merupakan suatu norma yang menyebabkan pimpinan memiliki wewenang melakukan tindakan di lingkungan perusahaanya.
Meski demikian kekuatan kekuasaan yang dimiliki oleh pimpinan atau komunikator ini dapat dibumerang dengan cara yang cerdas tanpa menyinggung pimpinan atau atasan. Kekuasaan yang dimiliki dapat dihindarkan dengan cara-cara tertentu. Para karyawan dapat membuat batasan, memahami perspektif atasan, meminta bantuan rekan kerja, bertemu dengan atasan dan memberikan feedback, dan menjaga work-life balance.
Ketika menghadapi ekspetasi berlebihan dari atasan cobalah untuk membuat batasan. Seperti halnya ketika atasan meminta proyek tambahan berskala besar untuk dikerjakan dalam waktu singkat. Karyawan dapat menjelaskan dan menolak permintaan dengan menjelaskan kemampuannya, lalu beri rencana alternative. Dengan demikian atasan tidak akan meminta hal yang tidak realistis kepada karyawan. Secara cerdas di sini kayawan mampu menolak kekuasaan yang dimiliki atasan atau pimpinan dengan nalar.
Cara lain dengan memahami perspektif atasan atau pimpinan. Pimpinan yang berkuasa biasa memberikan beban berlebih kepada karyawan. Mereka percaya terhadap kemampuan para karyawannya tanpa maksud negatif. Namun ia tidak paham kemampuan yang dimiliki karyawan hanya dengan modal kepercayaan. Di sini karyawan dapat menjelaskan keadaannya kemudian mendiskusikan tujuan dan ekspetasi pimpinan agar mendapat pencapaian bersama. Sehingga tugas beban yang ia berikan dapat didiskusikan bersama.
Karyawan juga dapat meminta bantuan rekan kerja. Dari hasil diskusi bersama pimpinan mengenai kemampuan kerja dan keseimbangan waktu, dapat ditemukan solusi dengan membagi tugas bersama semua rekan kerja. Dalam hal ini kekuasaan pelimpahan tugas ke karyawan akan terbagi sehingga kekuatan mengintimidasi per orang karyawan melemah. Tidak aka nada pelimpahan tugas berlebih. Tugas yang akan dikerjakan satu orang akan digarao banyak orang sehingga pimpinan tidak akan memberikan tugas berlebih kepada karyawan.
Menemui atasan dan memberikan feedback  juga menjadi kunci agar pimpinan tidak berekspektasi berlebih dalam memberikan tugas. Dari pertemuan dan tukar pandang secara langsung maka pimpinan akan memahami sudut pandang karyawan dan memahami apa yang dirasakan karyawan hingga memberikan solusi agar saling mengerti satu sama lain. Jika pimpinan membuat timeline yang tidak realistis maka sampaikan kondisi dan kemampuan karyawan. Hal ini akan berpengaruh terhadap pespektif pimpinan sehingga ia akan merubah timeline kerja.
Kemudian menjaga work life balance sehingga ada keseimbangan antara dunia kerja dan dunia karyawan sendiri. Ketika pimpinan memberikan tugas berlebih di luar jam kerja tanpa komisi. Atau bekerja saat liburan, maka jelaskan kepadanya jika ada masa otak untuk refreshing sejenak dari penatnya rutinitas kantor. Kerjaan yang diberikan tanpa waktu istirahat atau adanya penggangguan dalam waktu istirahat maka akan beresiko dengan hasil pekerjannya. Hal ini akan merugikan pimpinan dan kantor itu sendiri. Hal ini akan membuat pimpinan berpikir dua kali.
Dari sekian banyak kekuatan yang dimiliki pimpinan terhadap karyawan pasti ada cela cela yang dapat dilakukan agar kekuatan itu melemah. Karyawan sebagai komunikan dapat memiliki kekuasaan yang sama dalam dunia kerja dengan cara-cara yang cerdas tanpa membuat konflik. Hal ini menjelaskan bahwa pimpinan yang berperan sebagai komunikator dalam dunia kerja dapat dilemahkan kekuatan dan kekuasaannya dengan cara karyawan memberikan feedback komunikasi yang bersolusi kepada pimpinan. Dapat disimpulkan kekuatan yang dimiliki komunikator bersifat tidak pasti karena ada factor-faktor di luar yang dapat mempengaruhinya hingga melemahkannya.
Tulisan ini dibuat oleh :
Ahmad Nur Aji Wibowo mahasiswa, Mahasiswa Program Pascasarjana Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Prof. K.H Saifuddin Zuhri (UIN SAIZU) Purwokerto.
Redaksi tidak bertangung jawab atas tulisan diatas, tanggung jawab berada di Penulis.​

Penulis: Ahmad Nur Aji Wibowo

Editor: Parsito Tommy

Berita Terkait

Copyright ©2024 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX