Membangun Budaya Kualitas dalam Pelayanan Publik

Suara Purwokerto - Pelayanan publik yang berkualitas tidak selalu bergantung pada teknologi canggih, melainkan pada budaya kerja yang berorientasi pada kepuasan masyarakat. ASN perlu memiliki semangat untuk memberikan yang terbaik, bukan sekadar menjalankan prosedur.

Selama ini, pelayanan publik kerap identik dengan proses panjang dan berbelit. Padahal masyarakat datang untuk memperoleh hasil cepat dan memuaskan. Karena itu, ASN harus menempatkan diri sebagai pelayan masyarakat, sejalan dengan semangat reformasi birokrasi.

Budaya kualitas berarti setiap pegawai terbiasa memperbaiki cara kerja, sekecil apa pun. Di Kabupaten Banyumas, semangat ini diwujudkan melalui peningkatan standar pelayanan, percepatan proses perizinan, dan kenyamanan ruang layanan.

Dari dunia bisnis, pemerintah dapat belajar prinsip Total Quality Management (TQM) — perbaikan berkelanjutan dan kepuasan pelanggan. Survei kepuasan masyarakat di Banyumas menjadi dasar pembenahan sistem dan peningkatan kapasitas pegawai.

Budaya kualitas tumbuh dari hal kecil: menyapa ramah, menjaga kebersihan, menata antrean, dan memberi apresiasi kepada pegawai berprestasi. Beberapa instansi di Banyumas telah menerapkan inovasi sederhana seperti layanan konsultasi cepat dan pemanfaatan aplikasi digital.

Pemimpin berperan penting sebagai teladan. Pemimpin yang disiplin, terbuka, dan responsif menumbuhkan kepercayaan serta semangat perbaikan di lingkungan kerja.

Ketika budaya kualitas mengakar, pelayanan publik menjadi cepat, efisien, dan transparan. Masyarakat puas dan percaya, citra pemerintah pun meningkat. Di Banyumas, pelayanan publik yang berkualitas terus diwujudkan melalui kerja keras, inovasi, dan komitmen ASN untuk melayani dengan hati, bukan sekadar prosedur.

Oleh Nurwendi & Rahab (Prodi Magister Manajemen, Universitas Jenderal Soedirman)