Profil

Ki Agus Susmono,Mengenal Sulukan Dari Kecil

Sabtu, 28 Maret 2020 17.35

Suara Purwokerto - MENGENAL DALANG MUDA KI AGUS SUSMONO

Saya sudah sering menulis profil dalang-dalang muda Banyumasan yang berpotensi. Kali ini giliran memperkenalkan dalang muda berbakat Ki Agus Susmono, S.Sn dari Adipala Cilacap. Sebenarnya pada HBH KSSC Tahun 2015 di Pendopo Si Panji Kota Lama Banyumas saya sudah berjumpa Agus dan ngobrol panjang lebar perihal minatnya di dunia pedalangan namun belum mengenalnya secara mendalam sehingga perlu pengamatan yang cukup untuk menyusun profilnya. Saat ini saya pandang sudah terlihat kematangannya.
Agus Susmono lahir di Cilacap, 11 Agustus 1996, putra Dalang Ki Sunarto dan Ibu Harsini dari Desa Adiraja RT 03/01 Kec.Adipala Kab.Cilacap. Agus kini menikah dengan Pesinden Intan Kharisma, putri Ki Dalang Suwar Adi Prayitno dari Kawunganten.

Perjalanan Menjadi Dalang

Kecintaannya mendalang berawal dari mengikuti secara rutin pagelaran bapaknya Ki Sunarto mendalang dari panggung ke panggung. Saat usia 11 tahun (Kelas 5 SD) mulai diperkenalkan dengan berbagai macam sulukan. Diantaranya Sulukan Greget Saut Nem, Pathetan 6 Ageng, dan Pathetan 9 Wantah gaya Banyumasan. Keterampilan dan teknik sabetan wayang juga diajarkan oleh bapaknya.
Saat kelas 6 SD diperkenalkan dan nyantrik di Sanggar Seni ‘Jala Sutra’ pimpinan Ki Ageng Jala Sutra Kec.Kesugihan. Di sini Agus belajar rutin tiga kali seminggu hingga akhirnya dipercaya dan sering mengisi acara wiosan (peringatan hari kelahiran) Ki Ageng Jala Sutra.
Masih kelas 1 SMP Agus didaulat untuk mengadakan pentas perdana semalam suntuk dalam Acara Suran Mbah Yatin Adiraja (Malam 1 Suro) tahun 2010. Sejak saat inilah nama Dalang Agus mulai tersebar di kalangan masyarakat Kec.Adipala sampai ke Cilacap kota khususnya. Berturut-turut permintaan mendalang mulai mengalir seperti : Pentas di Balai Desa Adiraja, Balai Desa Adireja Wetan, Balai Desa Sumingkir Jeruk Legi, Balai Desa Banjarsari, Gunung Srandil, hingga di Desa Tanggeran Kec.Somagede Kab.Banyumas
Setelah lulus SMP, Agus meneruskan pendidikan di SMKI Sendang Mas (Sekarang SMK N 3) Banyumas, mengambil Jurusan Karawitan. Pada Event tertentu, pihak sekolah sering mementaskan Agus berduet dengan Gandhik Wayah Soegino. Saat itu Agus masih kelas 1 SMK dan Gandhik kelas 3 SMK. Di SMKI inilah keterampilan penguasaan gendhing-gendhing dan sulukan diolah dan diperdalam sehingga menjadi iner skill.

Hal Ikhwal Tambahan Nama Susmono

Di sela-sela kegiatan sekolah SMK, Ki Sunarto menyempatkan mengajak Agus untuk bersilaturahmi ke Dalang Kondang Ki Enthus Susmono di Tegal. Di sana Bapaknya memperkenalkan Agus beserta keterampilan yang sudah dicapai, bahkan disampaikan juga bahwa Agus sudah sering pentas dari panggung ke panggung.
Mengetahui hal itu Ki Enthus meminta Agus untuk tetap tinggal di Tegal dalam beberapa hari guna melihat dan mengikuti kegiatan dan pementasannya. Ki Sunarto pun menyetujui dan Agus ditinggal selama tiga hari.
Selama di Tegal, Agus mendapat pengalaman yang luar biasa; dapat mengikuti setiap acara yang digelar Ki Enthus mulai dari Pengajian, Wayang Santri, Wayang Kulit, diskusi dan kegiatan sosial masyarakat lainnya.
Ada warna baru yang didapat, di dadapun semakin mantap untuk meraih cita-citanya sebagai seorang dalang.
Pada kesempatan pertemuan itu Ki Sunarto meminta ijin kepada Ki Enthus agar nama belakang Agus di tambah Susmono dan Ki Enthus Susmono pun menyetujui bahkan merespon sangat baik itung-itung ‘nunggak semi’. Semua pelajaran, petuah dan pangeling-eling dari Ki Enthus dipegangnya erat-erat sebagai bekal dan penambah motivasi.
Saat Agus Susmono berpamitan pulang ke Cilacap, Ki Enthus Susmono memberi kenang-kenangan berupa Wayang Janoko, 2 lembar Keprak dan Baju Koko.

Masa-masa Sulit Ditinggal Oleh Guru Terbaik

Lulus SMK N3 Banyumas, atas inisiatif sendiri Agus mendaftar kuliah di ISI Surakarta. Walau sebenarnya ada silang pendapat dengan bapaknya Ki Sunarto, hal ini dapat dimaklumi karena saat itu jadwal mendalang mulai padat dan masyarakat luas semakin mengenalnya.
Dengan tekad kuat, demi menambah wawasan seni pedalangan Agus mantap meneruskan pendidikan di ISI Surakarta mengambil Jurusan Pedalangan.
Namun apa dikata, masa awal kuliah baru 2 bulan Ki Sunarto meninggal dunia. Almarhum Ki Sunarto selain sebagai orang tua, guru dalang, juga sebagai tempat curhat dan konsultasi dalam segala hal kehidupan. Agus sangat kehilangan, namun Agus muda tidak mau berputus asa, setelah mengkalkulasi keadaan ekonomi keluarga, cita-cita dan berbagai tantangan di hadapan mata justru memompa semangatnya untuk menyelesaikan masa pendidikan di ISI tepat waktu.

Menjadi Dalang Profesional

Setelah lulus sarjana pedalangan, atas dorongan Ibundanya Ki Agus Susmono menapaki profesi dalang dengan mantap. Pergaulan dengan para dalang, pangrawit, wiraswara dan komunitas penggemarnya terus dijalin untuk mengikuti trend terkini. Ibundanya pun lebih bangga melihat Agus telah menjadi dalang betulan meneruskan perjuangan bapaknya.
Apalagi sekarang telah mendapat pendamping seorang Sindhen cantik Intan Kharisma yang mengerti akan asa yang hendak diraihnya.
Kini Ki Agus Susmono, S.Sn bersama Sanggar Bima Kusuma asuhan-nya siap melanglang buana, njajah desa milang kori mendalang Gagrag Banyumasan dengan gayanya sendiri yang khas, tentunya juga nunggak semi gaya pedalangan para mentornya.

Bandung, 26 Maret 2020

Rama Wirya
Sumber : Wawancara, Literatur, Sosmed.
Ilustrasi gambar : Agus Susmono

Penulis: Mudibyo/Mul

Editor: ismer

Berita Terkait

Copyright ©2024 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX