Profil

dr. Angka dan dr. Goembrek Pendiri Budi Utomo Asal Banyumas

Selasa, 22 Mei 2018 13.46

dr Angka

Suara Purwokerto - dr. Angka dan dr. Goembrek Pendiri Budi Utomo Asal Banyumas

Setiap memperingati Hari Kebangkitan Nasional pastilah menyebut organisasi pergerakan nasional yang disebut Boedi Oetomo atau Budi Utomo (BO). Dan tokoh yang paling disebut adalah dokter Soetomo. Sebenarnya selain R Soetomo, ada sembilan pendiri BO lainya yaitu Mohammad Soelaiman, Gondo Soewarno, Goenawan Mangoenkoeseomo, Angka Prodjosoedirdjo, M Soewarno, Moehammad Saleh, Soeradji Tirtonegoro dan RM Goembrek.

Ada dua nama yang diabadikan menjadi nama Jalan di Kota Purwokerto. Beliau adalah dr. Angka dan dr. Goembrek. Namun masih sedikit sejarah dan referensi yang membahas kedua tokoh ini. Walaupun bagi bagi warga Banyumas nama itu sudah tak asing lagi karena menjadi nama jalan.

Dalam setiap catatan dan karya tentang BO, nama dr. Angka dan dr. Goembrek jarang disebut-sebut sehingga menimbulkan kesan bahwa keberadaan, peranan, dan sumbangsihnya tidak ada. Padahal, bukan tidak mungkin, peranan dan sumbangsih keduanya dalam perjuangan bangsa dan negara sama besar, sangat penting, jelas, dan nyata.

dr Angka

Menurut tulisan Djulianto Susantio yang dimuat dalam www,kompasiana.com tanggal 2 Desember 2016 menyebutkan Angka lahir pada Selasa Kliwon 13 Desember 1887 di Banjarnegara, Jawa Tengah. Ayahnya bernama Prodjodiwirjo, asisten wedana (camat) di Madukara, Banjarnegara, waktu itu.

Nama Angka merupakan kependekan dari Anggoro Kasih, identik dengan Selasa Kliwon. Yang unik, ketika masuk STOVIA, ia menggunakan data lahir 4 Mei 1890 yang ternyata jatuh pada Minggu Kliwon.

Nama Raden Angka terungkap dalam “Daftar nama lulusan STOVIA mulai 1877”. Pada daftar nomor 239, tertera Raden Angka lahir di Banjarnegara pada 1890. Ia masuk STOVIA 4 Januari 1904 dan lulus 30 Juli 1912

Pada masa anak-anak Angka dititipkan pada orang tua ibunya, yaitu eyang R. Santadiredja, patih di Banyumas. Ia bersekolah di Holland Indische School (HIS) selama tujuh tahun, kemudian melanjutkan di Hoogere Burger School (HBS) selama lima tahun.

Angka Masuk STOVIA pada 4 Januari 1904, kemampuannya beradaptasi memudahkan pengaulan dengan lingkungan baru di Batavia. Ia sering berdiskusi tentang kondisi bangsa saat malam hari atau kala istirahat. Karena wataknya pendiam dan hati-hati, dalam organisasi Boedi Oetomo ia diangkat menjadi bendahara. Dan lulus STOVIA pada 30 Juli 1912 dengan predikat cumlaude.

Dokter Angka pernah ditugaskan sebagai dokter pemerintah di Semarang, Sawahlunto, Bogor, Purbalingga, Brebes, Pemalang, Kendal, Banyumas, dan Purwokerto. Pada 1935 ia menangani pemberantasan penyakit frambosia di Pemalang. Pada 1954 menangani penyakit malaria di Cilacap bersama UNICEF.

Setelah pensiun, dokter Angka dan beberapa dokter di Purwokerto mendirikan Apotek Dwiwarna (Oktober 1949). Lokasinya di Jalan Jend. Gatot Soebroto 36, Purwokerto. Namun pada 1970 karena satu per satu pemegang sahamnya pindah dari Purwokerto, apotek itu dijual.

Dokter Angka pernah diminta untuk menandatangani “surat pernyataan pengakuan” sebagai perintis kemerdekaan agar mendapatkan tunjangan pemerintah. Namun dengan kerendahan hati Beliau menolak karena beranggapan jasa-jasanya merupakan kewajiban dan tanggung jawab kepada pemerintah beserta rakyat Indonesia, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Dr Angka merasa kecil dan tidak ikut berjasa.

Angka menikah dengan R.A. Soedjiah dan dikaruniai tujuh anak, yaitu Soeprapti, Soekartini, Achmad Soeprapto, Maryani, Soeparti, Soejati, dan Soeharti. Cucunya berjumlah 14 orang. Semasa hidupnya, dokter Angka mengabdikan dirinya sebagai dokter dan pendidik. Dalam usia 85 tahun dokter Angka masih tetap melakukan tugas kemanusiaan.

Dokter Angka meninggal di Purwokerto pada 1975 dalam usia 88 tahun. Ia dimakamkan di Pesarean Keluarga Keboetoeh Sokaraja. Nama dokter Angka kemudian diabadikan sebagai nama jalan yang melintasi rumah sakit lama di Purwokerto.

Dokter Angka jelas banyak berkecimpung di bidang sosial. Di lain pihak, teman-temannya bergerak di bidang politik yang ‘berisik’. Maka nama dokter Angka hanya terlihat sepintas. Namun bukan tidak mungkin banyak yang bisa tergali dari tokoh ini

dr. R.M. Goembrek

Keberadaan dan pergerakan RM Goembrek sebagai pelajar STOVIA yang turut mendirikan organisasi Boedi Oetomo hingga pengabdiannya di bidang kedokteran tidak banyak diketahui umum. Sepanjang masa tuanya, dikenal dr RM Goembrek, mengabdikan diri sebagai dokter RSUD Banyumas. Dikenal sebagai sosok dokter senior yang rendah hati dan tanpa pamrih; serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

Dalam tulisan karya dr Sudarmadji, Goembrek adalah putra ke- 7 dari delapan bersaudara dari pasangan RM Padmokoesoemo dengan BRA Tjokronegoro 11. R Goembrek dilahirkan pada permulaan wuku Gumbreg 28 Juni 1885, namun dalam matrikulasi STOVIA, kelahirannya tertulis 21 Juni 1886. ,. Ayahnya pemah menjabat asisten wedana Purwodadi Kawedanan Jenar Kabupaten Kutoarjo, juga pernah menjadi Wedana Kebumen.

Generasi sekarang mungkin mempertanyakan atau bahkan mempertanyakan nama Goembrek, karena terdengar asing dan aneh. Namun bagi generasi masa peralihan abad yang lalu, kata ‘Goembrek’ sama sekali tidak asing, karena kata itu adalah salah satu nama wuku, salah satu kalender Jawa, yaitu wuku ke 6, yang biasa disebut lebih tegas gumbreg.

Masa kecil Goembrek, hingga menjelang sekolah dihabiskan di Kebumen. Maka ketika Goembrek mendapatkan fasilitas untuk mengikuti pendidikan ELS dan harus bersekolah di purworejo, ia mondok di tempat pakdhenya, Bupati Purworejo RMT Tjokronegoro Ill. Goembrek dapat menyelesaikan sekolahnya di ELS tahun 1901.

Goembrek memasuki STOVIA, mengalami gejolak dan menumbuhkan sikap nasionalis. Goembrek sebagai anak pangreh praja yang kental dengan feodalisme pada masa itu, telah merasakan langsung sistem kekolotan suksesi bupati berdasarkan keturunan. la tidak tinggal diam, bergabung dengan kelompok Soetomo pada tahun 1903 dan sering ikut berdiskusi masalah kebangsaan.

Goembrek termasuk sebagai pendiri Boedi Oetomo dan duduk dalam kepengurusan sebagai komisaris. Pada rentang waktu dari pembentukan sampai menjelang kongres I Boedi Oetomo.

Dokter Goembrek wafat 19 Januari 1968 pada usia 82 tahun, di rumahnya Jl Pangeranan Banyumas, dan tidak meninggalkan keturunan. Beliau dimakarnkan di samping makam istrinya, di Pesarean Dawuhan Banyumas, pemakaman besar trah bupati.

Ditulis ulang oleh Parsito 
Foto www.kebudayaan.kemendikbud.go.id

Penulis: Parsito

Editor: Andy Ist Merdeka

Berita Terkait

Copyright ©2024 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX