Politik

Peran dan Keberdaan Seniman dalam Momentum Politik

Kamis, 23 Mei 2024 09.02

Pertunjukan kesenian tradisional ebeg dalam peluncuran Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Banyumas 2024, Sabtu (18/5/2024). (Dok. Humas KPU Banyumas).

Suara Purwokerto - Berkarya merupakan sebuah proses pengungkapan gagasan dari apa yang dipikirkan, dirasakan, dari pengalaman hidup yang selanjutnya diekspresikan melalui berbagai media, baik pada karya seni rupa, seni tari, dan seni musik.
Umumnya, karya-karya yang dihasilkan oleh seniman akan mewarnai dinamika kehidupan sosial politik masyarakat. Momentum pemilu atau pilkada, terutama pada tahun politik, menjadikan keberadaan seniman terlihat dan selalu dicari-cari oleh calon pemimpin bangsa.
Menurut seniman asal Banyumas Yusmanto, dalam tahapan pemilu, khususnya saat kampanye, biasanya seniman dibutuhkan untuk pentas pertunjukkan, menyajikan karya-karyanya, dan menghibur banyak orang.
Namun, menurut pengakuan Yusmanto, faktanya para seniman dituntut untuk tampil sebaik-baiknya dengan imbalan yang terkadang kurang sepadan.
“Itu sudah menjadi hukum alam yang harus diterima oleh seniman,” ujar Yusmanto
Kemudian, setelah pelaksanaan pemilu atau pilkada, biaassanya para seniman mulai ditinggalkan dan tidak terlihat lagi keberadaannya. Hal tersebut dikarenakan pemimpin terpilih maupun kandidat lainnya sudah sibuk dengan urusan serta aktivitas politiknya masing-masing.
Meski begitu, Yasmanto menilai persoalan politik yang sedang dan sudah berlangsung merupakan sesuatu yang bersifat rutinitas serta harus dijalani oleh para seniman.
“Kapan seniman harus menjadi diri sendiri, kapan menjadi bagian dari kebersamaan, kapan seorang seniman harus dibayar mahal, dan kapan seniman harus dibayar murah,” kata Yusmanto

Penulis: Halim

Editor: Andi Ismer

Berita Terkait

Copyright ©2024 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX