Senin, 20 Januari 2025 10.27
Ketika Kata
Menjadi Jembatan: Literasi, Kesenjangan dan Perubahan Sosial ( 4 )
Manusia, sebagai makhluk yang penuh pertimbangan dan emosi,
harus memahami bahwa prioritas tidak selalu bersifat absolut. Di satu waktu,
kebutuhan dasar mungkin menjadi fokus utama, tetapi di waktu lain, literasi,
pendidikan, dan teknologi harus mendapatkan perhatian yang sama besar.
Prioritas bukan tentang memilih salah satu dan mengabaikan yang lain, melainkan
tentang menemukan keseimbangan yang memungkinkan manusia untuk memenuhi
kebutuhan mendesak tanpa melupakan tujuan jangka panjang. Dalam proses ini,
manusia dituntut untuk berpikir lebih strategis, memanfaatkan sumber daya yang
ada dengan bijak, dan terus mencari cara untuk menciptakan peluang baru.
Ketika manusia berhasil mengintegrasikan kebutuhan dasar,
literasi, dan teknologi dalam kehidupan mereka, maka mereka tidak hanya
bertahan dalam situasi sulit, tetapi juga berkembang. Literasi, dalam bentuknya
yang paling ideal, bukan hanya tentang pengetahuan, tetapi tentang kekuatan
untuk mengubah kehidupan. Ia adalah alat yang memungkinkan manusia untuk
memahami dunia, menemukan solusi, dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Namun, perjalanan untuk mencapai keseimbangan ini masih panjang. Tantangan yang
ada sangat besar, tetapi dengan kesadaran, empati, dan kolaborasi, manusia
memiliki peluang untuk mengatasinya. Hanya dengan cara ini, kita dapat
membangun dunia di mana kebutuhan dasar, literasi, dan teknologi tidak lagi
saling bertentangan, tetapi saling melengkapi.
Kesenjangan ekonomi, yang selama ini menjadi akar dari
berbagai permasalahan, memerlukan pendekatan yang tidak hanya pragmatis tetapi
juga humanis. Dalam konteks ini, dunia literasi dan digital harus diletakkan
sebagai jembatan yang mampu menyatukan berbagai kepentingan. Literasi tidak
boleh hanya menjadi milik segelintir orang yang memiliki privilese ekonomi,
tetapi harus menjadi hak yang dapat diakses oleh semua kalangan. Di sinilah
pentingnya peran negara, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil untuk bekerja
sama menciptakan ekosistem yang inklusif. Program-program literasi harus
diarahkan untuk menjangkau komunitas marjinal, tidak hanya dalam bentuk
pelatihan keterampilan dasar, tetapi juga dalam bentuk pemberdayaan yang mampu
meningkatkan kualitas hidup.
Penulis: W Sugiri
Editor: Ismer
Copyright ©2025 Suara Purwokerto. All Rights Reserved
Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX