Permainan Charlie - Charlie Memicu Teror dalam Film The Dark House

Suara Purwokerto - Gala premiere film The Dark House telah digelar pada Senin, 2 Juni 2025 di Epicentrum XXI, Jakarta. Acara ini dihadiri oleh para pemain, kru produksi, serta pelaku industri perfilman lainnya yang menyaksikan pemutaran perdana sebelum film ini dirilis untuk publik.

Film ini merupakan hasil kolaborasi antara Citrus Sinema dan Infinix One Pictures, ditujukan untuk penonton yang mencari pengalaman berbeda melalui cerita yang lebih mendalam. The Dark House tidak hanya menampilkan elemen kejutan dan visual yang menakutkan, namun juga mengeksplorasi sisi psikologis karakter-karakternya. Film ini direncanakan tayang secara serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai 12 Juni 2025.

Diarahkan oleh Hans Wanaghi dan diproduksi oleh Maria Angelina Sauyana, bersama eksekutif produser Marcel Chandrawinata dan Avi Christian, film ini bertujuan untuk menciptakan atmosfer menakutkan dan meningkatkan rasa tegang pemirsa dengan musikalnya.

Pemeran utama film di antaranya adalah Ade Bilal Perdana sebagai Arya, Karina Ranau sebagai Dewi, Theo Culver sebagai Ansel, Delia Alena sebagai Gaby, dan Roy Turaekhan sebagai Pak Kholid. Mereka dipilih melalui proses casting terbuka, bertujuan mendatangkan nuansa akting yang segar dan realistis.

The Dark House bukan hanya tentang cerita horor, tapi juga mengeksplorasi tema-tema seperti trauma, kesehatan mental, dan ketegangan antar manusia. “Saya berharap film ini mengajak penonton untuk refleksi tentang hal-hal apa yang sering tersembunyi di dalam diri, itulah sebabnya kami memilih lokasi di Baturaden yang sesuai dengan konsep film ini,” ujar sutradara Hans Wanaghi.

Cerita berfokus pada Arya dan Dewi, pasangan yang sedang menjalani program kehamilan, berlibur ke rumah tua dengan kisah-nya yang kelam di kaki Gunung Slamet. Di sana, mereka mulai mengalami sejumlah kejadian mistis yang tidak masuk akal.

Ketegangan yang semakin surut ketika mereka memutuskan mencoba permainan Charlie-Charlie, ritual yang dapat memanggil arwah. Di luar perkiraan, permainan ini justru membuka potensi kehadiran makhluk halus yang mengganggu kehidupan mereka.

Menariknya, kengerian tidak hanya hadir di layar, tetapi ikut terasa dalam proses produksi. “Kami memilih Baturaden, Purwokerto sebagai lokasi bergerim untuk mendukung konsep film, sekaligus mengangkat kekayaan cerita mistis di sana. Ini menambah autentisitas yang kami coba bangun,” tambah Marcel Chandrawinata.

Peristiwa aneh terjadi selama syuting, salah satunya ketika Karina tiba-tiba pingsan. Ade Bilal Perdana mengingat, waktu itu suasana sangat hening dan menjadi mencekam saat beberapa warga mengklaim terlihat sosok perempuan berbaju hijau, mirip karakter di film.

Kejadian-kejadian tersebut semakin memperkuat nuansa natural dari proses produksi dan pengalaman karakter-karakter yang diperankan para pemain.