Cablaka

Pitulasan,Gapura dan Nasionalisme

Senin, 1 Agustus 2016 17.22

Suara PurwokertoTak terasa bulan Agustus sudah menjejakan kakinya dalam kehidupan kita.Bulan Agustus menjadi memori paling bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia.

Kehadiran bulan agung nan bersejarah bagi bangsa dan negara Indonesia mulai terasa getarannya . dengan mulai dipasangnya umbul-umbul pernuh warna warni d didepan rumah dan dipinggir -pinggir jalan kampung,

Warga kampung sejak dahulu menyebut peringatan HUT RI dengan istilah Pitulasan,sebuah istilah yang sangat merakyat ,praktis penyebutanya namun mengandung makna sejarah yang teramat dalam

7 tahun yang silam tepatnya tanggal 17 Agustus 1945,Ir Soekarno dan Drs.Muhammad Hatta atas nama bangsa Indonesia mengumumkan hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Proklamasi menjadi tonggak bersejarah paling dinanti jutaan rakyat Indonesia setelah teraniaya,tersiksa,mederita karena kengakuhan dan keserakahan bangsa Belanda dan Jepang selama 350 tahun lamanya.

Perjuangan tak pernah lelah dengan tetesan darah,nyawa,harta dan benda dari para syuhada dan pejuang bangsa serta dukungan rakyat bersatu padu mengusir penajajahan.

Gapura

Pitulasan dengan gegap gempitanya,sebagai bentuk pernghormatan atas-jasa -jasa para pahalawan dan pejuang kemerdekaan beberapa tahun ini terasa kurang gregetnya.

Betapa tidak ,sejak beberapa tahun terkahir ini,pemasangan Gapura semakin hilang diganti dengan umbul-umbul dengan warna warni .

Kesakralan dan magis Pitulasan tak terasa ,Gapura yang terbuat dari bambu berjumlah lima buah dengan ujunggnya runcing mulai tenggelam dengan kibaran umbul-umbul seakan memberi jawaban nuansa Pitulasan.makin kehilangan daya magsinya.

Gapura yang biasa dipasang di kanan dan kiri depan rumah,perempatan,pertigaaan,atau ujung jalan masuk jalan-jalan berfungsi sebagai tanda penghormatan peristiwa penting bernama pitulasan.

Keberadaan Gapura sudah sangat tua sejak jaman Kerjaaan-Majapahit,Kerajaan Sriwijaya ,Kerajaan Demak,Pajang Mataram,dan kerajaan lainnya di Indonesia .

Gapura Pitulasan sudah terpasang sejak tanggal awal bulan Agustus atau seminggu seebelum puncak perayaan HUT Proklamasi RI bersama bendera Merah Putih sampai beberapa hari sesudannya.

Tak sekedar dan sesedaerhana yang banyak diperkiraan ,Gapura bersifat historis dengan ujung-ujungnya yang lancip menjadi simbol senajata perjuangan saat melawan penjajah yang ebrnama Bambu Runcing.

Lima buah bambu melambangakan Pancasila sebagai falsaha hidup bangsa Indonesa serta lima buah bambu tersusun bertingkat menurun melambangkan perbedaan suku,bahasa ,ras ,dan agama diatukan oleh Pancasila.

Nasionalisme

Negara Indonesia genap berusia 71 tahun pada taggal 17 Agustus 2016 terglong usia yang sudah lumayan tua dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia,Singapura,Brunei Darusallam,dll

Namun belum berhasil menyelesaikan berbagai persolanan melakukan pembangunan disegala bidang secara maksimal karena masih terdapat riak kelompok-kelompok yang masih menginginkan NKRI berada dalam payung ideologi kiri dan kanan.

Hantu disintegrasi masih begitu jelas maupun samar dengan gerakan separatis ,gerakan berbaju radikalisme ,terorisme, yang kembali muncul pasca runtuhnya rezim Orde Baru

Maraknya bom bunuh diri,dan gencarnya kampanye Khilafah yang diusung kelompok tertetnu yang mengatasnamakan agama Islam menjadi sumbu ledak disintegrasi bangsa dan negara jika terus menerus dibarkan berkeliaran tanpa tindak keras dari aparat penegak hukum.

Kelompok ini sepertinya menduplikasi gerakan DI/TII bernostalgia membangunkan kembali illusi dengan jaringan transnasional yang menjadi pijakan gerakannya.

Tanpa kita sadari gelombang gerakan kanan telah menjelajah kesegala kehidupan,dari desa sampai ke kota,dari petani sampai pejabat,telah berhasil dimasuki dengan gerbong kedok Ideologi agama.

Gerakan tersembunyi maupun terang terangan berhasil di lakukan dengan berbagai taktik dan strategi ,menguasai politik,jairngan informasi,ruang kesehatan,ekonomi .

Bahkan gerakan mengkafirkan pengharaman penghormatan pada bendera merah putih sudah berkembang begitu luas dan paling fatal kampanye yang ditebarkan dengan mengatakan Pancasila adalah Ideologi Toghut,

Rasany miris dan prihatin seakan terjadi pembiaran tanpa tidnakan jelas dari pemerintah dalam hal ini aparat hukum untuk menindak mereka.

Bahaya kelompok kiri dari usur Komunisme sepintas kilas telah usai dengan tumbangnya raksasa Uni Sovyet yang menjadi kiblat komunisme internasional,

Namun masih berdirinya salah satu pusat komunis Tiongkok tidak boleh dianggap sebelah mata apalagi Tiongkok menjadi kekuatan ekonomi dunia sangat cerdik memainkan strategi pertumbuhan ekonomi untuk memaksa pelan-pelan negara lai dalam genggamannya.

Sesungguhnya Pitulasan menjadi ajang perenungan,inspirasi,dan menentukan langkah menghadapi masa depan dengan menyelesaikan persoalan-persolan

Kemisikinan kesenjangan ekonomi ,ketidakadilan,dan ketimpangan pemerataan pembangunan merupakan penyebab utmaa tumbuhnya separatisme,kelompok kanan dan kiri harus segera diselesaikan

Pembangunan sebagai jurus ampuh membawa kemajuan,peradaban negeri kita tercinta menajdi negara yang dicita-citakan para foundhing father's yaitu negara adil,makmur,sejahtera berdasarkan Pancasila UUD 1945

Penulis: Kang Mul

Editor:

Berita Terkait

Copyright ©2024 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX