Budaya

Terbatas, Penjamasan Pusaka Kanjeng Sunan Kalijaga Tak Berdesakan

Senin, 3 Agustus 2020 pukul 21.22

Terbatas, Penjamasan Pusaka Kanjeng Sunan Kalijaga Tak Berdesakan

Suara Purwokerto - DEMAK Ada yang berbeda pada peringatan hari raya Iduladha 1441 Hijriah. Pada tahun ini, masyarakat tidak dapat menyaksikan kemeriahan arak-arakan Prajurit Patang Puluhan sebagai tradisi budaya khas Demak, karena adanya pandemi Covid-19.
Salah satu keluarga ahli waris Kanjeng Sunan Kalijaga, R Krisnaidi menyampaikan, Prajurit Patang Puluhan adalah rombongan prajurit berjumlah 40 orang yang mengawal Adipati Demak dan minyak jamas dipimpin oleh Lurah Tamtomo dari Pendapa Kabupaten menuju Dalem Kasepuhan Kadilangu. Adapun minyak jamas merupakan sarana penyucian Pusaka Kanjeng Sunan Kalijaga.
Namun demikian, lanjutnya, pihak ahli waris Kanjeng Sunan Kalijaga tetap melaksanakan prosesi penjamasan pusaka secara terbatas. Penjamasan hanya dilakukan oleh pihak keluarga panembahan dan kasepuhan dengan berselang waktu. Prosesi penjamasan dua pusaka peninggalan Kanjeng Sunan Kalijaga, yakni Keris Kiai Carubuk dan Kutang Ontokusumo hanya dikawal prajurit abdi dalem dan aparat TNI/Polri
Penjamasan atau pencucian bagi keluarga itu wajib. Ini sesuai pesan Eyang Sunan Kalijaga. Beliau berkata Nek (aku) wis seda, rawato agemanku pusaka keris Kiai Carubuk dan Kutang Ontokusumo . Meski demikian, kami tetap menggunakan protokol kesehatan Covid-19, dengan memakai masker, jaga jarak dan menjaga kebersihan dan tanpa jabat tangan, jelas Krisnaidi pada acara penjamasan pusaka Kanjeng Sunan Kalijaga di Makam Kadilangu, Jumat (31/7/2020).
Ditambahkan, warga menyakini jika berjabat tangan dengan ahli waris, akan mendapat berkah. Sehinga mereka yang rela berjubel dan berdesakan untuk berjabat tangan kepada ahli waris yang dilakukan saat telah selesai menjamas dan keluar cungkup. Namun kali ini, kegiatan tersebut ditiadakan.
Kali ini tidak ada desak-desakan dan berebut salaman, sebab area penjamasan telah disterilkan pihak keamanan agar tidak terjadi kerumunan massa, lanjut Krisnaidi.
Sebelum penjamasan, kegiatan diawali dengan tradisi selamatan berupa doa bersama serta menyuguhkan nasi ancakan di malam hari. Nasi ancakan adalah nasi yang didalamnya banyak lauk pauk, seperti suwiran ayam, ikan asin, rempeyek, sayuran daun papaya dan lainnya. Nasi diletakkan di atas lembaran daun pohon jati dan di bawahnya terdapat tatakan belahan bambu.

Penulis: Kominfo Demak

Editor: Parsito Tommy

Berita Terkait

Suara Purwokerto adalah portal berita terpercaya yang menyajikan informasi terkini tentang berbagai topik penting di kawasan Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, dan Cilacap. Dapatkan berita terbaru mengenai peristiwa lokal, ekonomi, politik, budaya, hiburan, dan wisata. Kami memberikan informasi yang relevan dan up-to-date setiap harinya, mulai dari berita nasional hingga cerita-cerita inspiratif yang hadir dari masyarakat sekitar.

Sebagai portal berita yang fokus pada perkembangan daerah, kami menghadirkan berita Purwokerto yang mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Mulai dari wisata yang mempesona di Jawa Tengah, kebijakan pemerintah yang berdampak langsung pada kehidupan warga, hingga berita-berita hiburan yang menghibur. Suara Purwokerto berkomitmen untuk memberikan informasi yang akurat dan terpercaya bagi pembaca di seluruh Indonesia.

Selain menyajikan berita-berita lokal, Suara Purwokerto juga menjadi tempat bagi kolom opini, artikel budaya, serta liputan mendalam tentang kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Dengan berita hari ini yang selalu up-to-date, kami memastikan pembaca selalu mendapatkan informasi yang berguna dan bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari mereka. Ikuti terus perkembangan terbaru dan jadilah bagian dari komunitas pembaca setia kami di Suara Purwokerto.

Copyright ©2025 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.24.3-U6lcAOuZkHeVtLy5qfeFh