Budaya

Watu Lumpang “Situs Cilongok”

Senin, 9 April 2018 16.18

Watu Lumpang “Situs Cilongok”

Suara Purwokerto - Wilayah Kecamatan Cilongok yang berbatasan dekat dengan lereng Gunung Slamet memiliki beberapa situs yang tersebar di beberapa desa antara lain Desa Sokawera, Gununglurah, Sambirata, Karangtengah, Penambangan, dan Karanglo. Salah satu situs yang masih terpelihara adalah Situs Cilongok yang terletak di Grumbul Ragung Desa Sambirata Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Walaupun tertulis Situs Cilongok masyarakat sekitar lebih mengenal dengan nama Situs Sambirata atau Situs Watu Lunmpang karena bentuknya seperti lumpang.

Parwati, mengaku sebagai pemelihara situs (tidak mau disebut juru kunci) mengatakan dirinya mendapat tugas dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Jawa Tengah untuk memelihara Situs Cilongok sejak tahun 2011 mengantikan tugas Ayahnya Sudiro karena telah pensiun menjadi perangkat desa.

Saat diajak bercerita tetang situs, Parwati memanggil ayahnya Sudiro juru kunci sebelumnya. Sudiro mengaku dirinya mendapat tugas untuk memelihara Situs sejak adanya penelusuran benda purbakala oleh BPPP Jawa Tengah pada tahun 81 an. 

“Dalam penelusuran tersebut ada upaya pelestarian dan pembinaan peninggalan arkeologis (benda purbakala) salah satunya Situs Cilongok,” katanya

Sudiro mengatakan menurut cerita pendahulunya, ada cerita mistis Watu Lumpang  berada dekat lereng Gunung Slamet. Lumpang itu dipinjam oleh kerabat di Ragung untuk hajatan. Saat akan mengembalikan ternyata waktu sudah mendekati subuh. Karena pembawa lumpang makluk ghaib, mereka takut dengan sinar matahari, sehingga lumpang ditinggal di tempat yang sekarang. Menurutnya ada penunggu yang menjaga Situs Watu Lumpang bernama Rantansari. 

Ragung menurut Sudiro dari kata Alur Agung, karena daerah ini pernah menjadi perlintasan Syech Abdul Qodir Jaelani. Hal ini juga terlihat diatas Situs Watu Lumpang (kurang lebih 30 meter) ada penginggalan petilasan itu.

Walaupun sudah ditetapkan sebagai situs peninggalan purbakala, keberadaannya berada di tanah perorangan. Sekretaris Desa Sambirata Mislakhin saat dikonfirmasi membenarkan adanya Situs yang ada didesanya. Walaupun belum pernah dibukukan cerita Situs Watu Lumpang senada yang disampaikan oleh Sudiro. 

“Situs itu berada ditanah milik Bapak Fahmi putra dari Kades Sambirata waktu dulu Pak Hisam,” katanya.

Walaupun sampai saat ini belum ada penelitian lebih lanjut, tetapi upaya untuk mempertahankan masih ada, hal ini terlihat dari papan nama maupun papan himbauan disekitar situs yang dikeluarkan oleh Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyumas. 

Banyak Pengunjung

Tanda-tanda situs masih sering dikunjungi seseorang, menurut Parwati, terbukti dengan adanya barang yang tertinggal seperti bunga maupun menyan pada hari Jumat dan Selasa. 

“Biasanya malam Jumat atau Malam Selasa Kliwon saya menemukan bunga maupun menyan disekitar Watu Lumpang, itu menandakan ada orang yang berkunjung disini pada malam hari,” katanya

Menurutnya dia jarang menanyakan maksud tujuan ke situs, kerana itu sifatnya pribadi. Dan pengunjungpun bukan orang sekitar, mereka orang luar desa. 

“Kalau dulu kebanyakan untuk meramaikan grup kesenian, seperti kelompok kesenian ebeg dan group lengger mereka melakukan ritual disitu agar laris katanya,” jelas Parwati.

Sedangkan untuk keseharian ada beberapa anak muda yang berkunjung, hanya untuk melihat-lihat saja peninggalan purbakala itu. 

Parsito

Penulis: Parsito

Editor: Andy Ist Merdeka

Berita Terkait

Copyright ©2024 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX