Budaya

Campuhan Congot Desa Kedungbenda Kecamatan Kemangkon Purbalingga

Selasa, 31 Oktober 2017 20.37

Catatan Kang Mul Tour de Kedungbenda 2017

Campuhan Congot 
Desa Kedungbenda Kecamatan Kemangkon Purbalingga

Menelusuri jejak sejarah masa lalu di Desa Kedungbenda Kecamatan Kemangkon Purbalingga sangat menarik.Sesudah mengunjungi Situs Lingga Yoni bergegas menuju Campuan Congot yang berjarak kurang lebih 1 km melewati jalan desa.

Jalan setapak kira kira 300 meter sebelum Campuan Congot harus dilalui dengan sangat hati hati karena berada diatas tebing sungai Serayu Apalagi jalan setapak agak licin bila tak hati hati sepeda motor bisa terperosok dan membahayakan perjalanan. Akhirnya sampai juga di segi tiga Campuan Congot ,

Campuhan Congot adalah tempat bertemunya dua sungai besari yakni Sungai Serayu dan Sungai Klawing ,Dua sungai besar yang menjadi sumber dan urat nadi kehidupan masyarakat Karesidenan Banyumas ,Kabupaten Wonosobo dan sekitarnya sejak jaman dulu  kala sampai jaman sekarang ini.

Sungai Klawing berhulu di Gunung Slamet dan Pegunungan Serayu Utara tepatnya di Gunung Sitengek Desa Kutabawa Kecamatan Karagreja menjadi sungai terbesar di Kabupaten Purbalingga.

Sungai Klawing melintasi wilayah Kecamatan  Bobotsari, Kecamatan Mrebet,Kecamatan Bojongsari,Kecamatan Purbalingga Kecamatan Kaligondang dan berakhir di Kecamatan Kemangkon tepatnya di Desa Kedungbenda.

Sedangkan Sungai Serayu merupakan salah satu sungai besar di Jawa Tengah disamping Sunga Bengawan Solo dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 3.475 m2.

Sungai Serayu bermula dari mata air dilereng G Prau Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonoosobo yang dikenal dengan sebutan "Tuk Bima Lukar" atau Mata Air Bima Lukar.

Campuhan dalam pandangan spiritual Jawa menjadi tempat yang sangat baik untuk melakukan penyucian diri atau meditasi memperoleh cahaya kehidupan agar keluar dari ruang kegelapan menuju masa kebahagian .

Bentuk fisik campuhan berbentuk segitiga. Banyak sungai atau kali campuan di Pulau Jawa ,dan tempat lainnya diseluruh dunia  mempunyai Campuhan sesuai dengan nama nama  yang ada diwilayah tersebut

Seacar teoritis Setiap sungai mengandung material mineral yang berbeda beda karena sangat dipengaruhi unsur jenis tanah dan tekstur tanah yang berbeda beda dengan ketinggian tanah dari permukaan laut ,lapisan geologi,klimatologi,topografi dan unsur lain yang menyertainya yang membentuk kandungan air sungai tersebut.

Asal Kata Campuan Congot 

Secara etimologis  kata "congot"  berasal dari bahasa Jawa yang mempunyai pandanan kata cocot,moncong ,congor (bhs Jawa) ,mulut ,bibir (bhs Indonesia )
Kata Congot di pulau Jawa  banyak digunakan seperti Pantai Congot Kulonprogo Yogyakarta yang mempunyai pemandangan pantai nan indah mempesona,.

Sementara Congot di ujung desa Kedungbenda juga mempunyai pemandangan alam sekitar yang indah tempat bertemunya sungai Serayu dan sungai Klawing .

Pertemuan dua sungai secara iakademis adalah pada satu catchment area terdiri dari induk sungai dan anak sungai. Pertemuan antara dua aliran disebut junction, pertemuan dua junction merupakan river stretch. Lokasi anak sungai dalam suatu daerah pengaliran ditentukan oleh keadaan daerahnya. 

Ada sungai mempunyai dua anak sungai yang mengalir bersama-sama dan bertemu setelah mendekati muara yang disebut sungai tipe sejajar. Sebaliknya ada pula sungai-sungai yang anak-anak sungainya mengalir menuju suatu titik pusat yang disebut dengan tipe kipas. 

Pada river stretch banyaknya air mengalir sama dengan air yang berasal dari hulu dan air yang berasal dari surface run off dan ground water drainage yang ditambahkan pada stream sepanjang sungai.

Pertememuan dua aliran sungai dikenal masyarakat Jawa dan Sunda dengan istilah Campuhan ada pula yang menyebutnya Tempuran.

Menurut KBBI Tempuran dari akar kata tempur mendapat imbuhan an yang artinya tempat bertemunya dua sungai.

Secara etimologi Campuhan berasal dari bahasa Sansekerta Campuh yang artinya bertempur atau berperang Campuhan secara terminologi adalah tempat pertemuan dua aliran sungai.

Campuhan Congot adalah tempat bertemunya manusia menyucikan diri agar memperoleh kemuliaan hidup dengan melakukan penyucian diri memohon kepada  Sang Maha Pencipta .

Campuhan Congot menjadi tempat para pembesar Kerjaaan ,Tumenggung dan Adipati pada masa lalu untuk menyukkan diri sebelum memulai singgasana kekuasaan atau atau memperjuangkan cita-citanyanya menjadi manusia Agung,pemimpin atau Ksatria,

Legenda Sayembara Pembuatan Sungai Serayu dan Sungai Klawing

Hal itu sangat selaras dengan asal muasal mata air Sungai Klawing dan Sungai Serayu  yang menjadi pusat peradaban pra sejarah dan sejarah Tanah Jawa yang bermula dari lereng selatan Gunung Slamet dan Dataran tinggi Dieng.

Congot tak dapat dilepaskan dengan kisah legenda Pertempuran Sayaembara Bengawan antara Pandawa & Kurawa dalam membuat bengawan atau sungai Serayu dan Sungai Klawing yang mengalir sampai Samudera. 

Kedua belah pihak baik Pandawa dan Kurawa telah menyepati peraturan sayembara membuat bengawan atau sengai dengan resiko hukuman yang cukup berat.Bagi pihak  yang kalah maka harus rela dipenggal lehernya. 

Menurut legenda yang berkembang, lomba anatara Pandawa dengan  Kurawa yang berjumlah 100 orang, dipimpin oleh Pendhita Drona. Sedangkan pihak Pandawa dipimpin dengan tugas Bima membuat sungai Serayu, sementara Kurawa membuat sungai Klawing.

Bima akhirnya memenangkan perlombaan dengan berhasil membuat sungai Serayu jauh lebih cepat diandingka pihak Kurawa yang membuat Sungai Klawing .dan bertemu dalam sebuah tempat yang dikemudian hari diberi nama Congot

Kekalahan Kurawa menjadikan  Pandhita Drona sebagai pimpinan harus menerima hukuman sesuai perjanjian kedua belah pihak dengan dipotong lehernya.

Bima tak kuasa harus memengal leher  gurunya Pandhita Drona dan memilih hukuman Pandhita dari Sokalima itu dihukum dengan cara dipotong penisnya dan dibuang di tepian sungai Klawing. 

Berdasarkan penuturan masyarakat Kedungbenda dan sekitar mempercayai jika lingga Durna itu kemudian berubah menjadi batu dan berpindah ke areal pemukiman di Kedung Benda (Situs Lingga Yoni desa Kedung Benda)

Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Panembahan Drona, bertempat di Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga. Di tempat itu masih tersimpan sebuah lingga yang konon penjelmaan dari penis Pandhita Drona.

Kini Congot menjadi tempat wisata air dengan menjajikan suasana keindahan alam dan sekitarnya dua sungai yang menghimpitnya dan menjadi tempat tradisis larungan padad bulan Suro.

Karangnangka 15 Oktober 2017

Mulyono Harsosuwito Putra 

Ketua Institut Studi Pedesaan dan Kawasan

.

Penulis: Kang Mul

Editor:

Berita Terkait

Copyright ©2024 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX