Budaya

Menonton Pertunjukan Yang Gagal

Kamis, 28 Desember 2017 06.27

Suara Purwokerto - Malam ini ada 2 undangan yang menjadi perhatian saya, pertama acara rutin Koesplusan di sebuah cafe di Banyumas TV.Yang kedua undangan dari Dr Eko Suroso yang ternyata sebuah acara yang jauh hari digembar gemborkan Edy Romadhon,seniman yang laris manis di UMP,SMA dan tentu saja DKKB dimana ia sbg ketua.
Beberapa kali saya nonton garapan pemilik Gethek Artinspiration Ajibarang, sebuah kecamatan di pinggir barat Banyumas yang biasa2 saja,membuat saya bimbang..antara mau nonton dan tidak.Tetapi perbincangan sy tengah malam sebenernya dengan tokoh deklamasi, kawan saya berkesenian di jkt saya tertarik.Dr Eko Surosopun mengontak saya untuk hadir walau tanpa undangan.
" undangannya beli salah satu buku dipintu masuk tapi buat sampean gak usah" katanya.Artinya saya gratis nonton Duel yang dalam benak saya dahsyat...klo dengar dari Jose.
Sy risau di jln menuju UMP...pak dosen Eko bilang suidah mulai.Terbayang betapa berjubelnya penikmat seni siap menonton poertunjukan spektakuler ini.
Tapi sy kaget ketika Teguih yang menyopir mobil berujar
" Kok sepi ya pak"
Sy masih yakin banyak penonton yang naik mtr atau jln kaki.
Tetapi sy agak kaget ketika lewat pintu kaca auditoriu. UMP saya liat banyak kursi kosong.
Tak sabar saya melompat rantaj pembatas.
" Seniman bener,ada pintu kok ta melompat" kata dosen eko
Dosen berkumis tipis ini memang usil sama saya.maka saya masabodoh dengan ucapannya.
Saya masuk kedalam,kaget sy bertambah saat melihat benar penonto. Hanya beberpa gelintir.
Di panggung berderet musisi muda yang diatasnamakan gethek oleh edi romadon.
Seorang wanita muncul dan menempatkan dri depan tengah panggung.
Musikpun mengintrokan satuagu dan memulainya setelah wanita itu mengucap LELAH
Lagui Gulagalugo milik Leo Kristi dibawakan Gethek Muisik dengan akiustik berlarian.Sungguh jelek tata suara pertunjukan ini.Saya amati yang pertama power tak memenuhi suyarat untuk menakklukan gedung dengan karakter akustik seperti itu.Dibutuhkan banyak boxunit untuk mampu menambal bagian2 ruang yyang rawan gaung.tentu mixing harus paham betul mana nada yg harus ditekan dan dimunculkan di tiap sudut untuk menekan gaung.
Bahkan sy tak mengkap artikulasi jelas dari penampilan Uswatun Baroroh.Dengan tehnik vocal perut yang diajarkan gurunya Edi Romadhon,pembaca puisi juara jateng 2017 ini gagal membaca Lelah dengan harmonisasi musik yang sangat buruk.Vocalnya sama sekali tidak memunculkan Lelah sebai sebuah puisi.Saya siudah melihat gejala pembaca kesulitan menangkap bagian musik yang tepat untuk membaca.Ini juga sekali lagi karena soundman tak peka terhadap karakter bunyi.
Ini terjadi lebih parah lagi saat Ami tampil,backsound yang mendukung pembacaan Aku Malu Jadi Orang Indonesia jadi "monster " yang menerkam nerkam suara Ami yang cantik.Tapi kehebatan pembaca kedua ini masih mengusai.Permainan aksentiuasi di tiap kata karya Taufik Ismail ini sungguh pencerminkan pembaca yang faham bahwa membaca puisi adalah akselerasi artikulasi,aksetuasi,pungtusi pada vocal serta gestur.Saya tidak faham saat Oos banyak menggoyangkan badan saat membawakan " Lelah".Saya ingat pada para pembaca puisi tahun 80 an dengan gaya yang diusung oleh anak- anak Asdrafi saat membaca puisi di Gedung Soeteja dulu.Dan gaya vocal perut yang nyangkut di dada merebak kala itu.Saya adalah pentelenggara Lomba Baca Puisi Perjuangan yang bertahun2 membuka kompetisi di Banyumas dengan juri2 mas Dharmadi,Am Herman Affandi,Kurniawan Junaidhi,alm Lazuardi Adi Sage, AhitA,alm Suwarno Pragolopati,SumintoA Sayuti.dll
Gaya baca ini tak sejalan dengan garapan alm Bambang Set yang berkali kali menampilkan jago2 yang menguasai tehnik vocal berbeda.sebut saja Yoga Sugama, Anjar Hangsono dan banyak lagi juara baca phisi.
Bambang Set yang sempat kuliah di LPKJ menggarap pembaca dengan tehnik vocal berbeda.
Kembali ke panggung Duel baca puisi zemalam Ami mempesona dengan ritme,tempo,artikulasi yang mendukung bagian dari bagian puisi nya.
Jika saja mixingman pandai mensiasati tata suara, ini pembaca akan lebih extravaganza.
Tak lama saya nonton karena harus mengejar acara Koes Plus yang akan saya garap menjadi program rutin Ba yumastv.Tapi saya sebagai oenonton menyayangkan penyelenggaraan yang asal asalan event yg sangat bagus.
Gagal...sound super jelek yg saya yakin sewanya murah..sebab saya menyewakan sound system yang saya yakin mampu menaklukkan gedung ump.
Gagal..tanpa tata lighting yg bagus pertu jukkan berkesan apa adanya.Mungkin tak ada uang sewa.
Saya beberapa kali berencana bersama Jose Rizal sahabat akrab saya semasa mendampingi mas Willy (WS Rendra belum terlaksana karena pertimbangan fasilitas2 yang dibutuhkan untuk tampilnya seorang deklamator kondang sekaliber Jose Rizal
Monolog Jose pun kami kubur, karena kami takut pertunjukan mengecewakan.
Entah berapa puluh juta UMP mengeluarkan anggaran untuk poroyek ini.
Bahkan promosipun nampaknya digarap amatiran.Sayang untuk materi poertunjukan yang potensial seperti itu.

Penulis: Andy Merdeka

Editor:

Berita Terkait

Copyright ©2024 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX