Budaya

Ki Dalang Tino Pamungkas Dalang Didikan STSI Solo Asal Desa Karangsari Kembaran

Jumat, 23 September 2016 20.24

Suara PurwokertoMemadukan bakat ,pendidikan dan latihan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam menggali atau mengeksplorasi potensi diri

Ketiga komponen tersebut makin mengkilap dengan didukung kompetisi yang berkelanjutan akan menghasilkan sumber daya manusia unggul yang berkualitas,

Dalang wayang kulit seperti profesi bidang lainnya dilahirkan melalui perjalanan yang panjang melalui tahap-tahapan sesuai dengan perkembangan pribadinya

Bakat (talent) seseorang tak akan ada artinya jika tidak dididik lewat seorang guru dalang serta berlatih setiap waktu.

Ki Tino Pamungkas merupakan salah satu dalang wayang kulit Gagrak Banyumasan yang berhasil memadukan keempat unsur diatas.

Bakat yang dimilikinya sejak kecil dikembangkan lewat pendidikan di STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Solo untuk memperdalam penguasaan ilmu seni wayang kulit secara akademis.

Tak ada darah dalang yang mengalir ditubunya ,Ia sangat mencitai seni budaya adiluhung warisan leluhur wayang kulit oleh karena terpesona dengan dalang legendaris wayang kulit Gagrak Banyumasan Ki Sugino Siswocarito (Banyumas) dan Ki Surono dalang legendaris asal Kabupaten Banjarnegara.

Ki Tino Pamungkas belajar di STSI Solo untuk melengkapi ilmu yang didapat dari guru-gurunya di kampung halamannya Desa Karangsari Kecamatan Kembaran.

Ia belajar mendalang pada Karawitan Ngudilaras Sanggar Wahyu Amongrogo pimpinan Bpk Darsan Desa Kembaran Kecamatan Kembaran

Dengan bekal ilmu formal dan non formal maka penguasaan dan ketrampilan dalam ilmu pedalangan makin lengkap

Sehingga seni wayang kulit dapat beradaptasi menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat dalam setiap manggungnya.

Pergumulan peradaban.memabawa perubahan dalam mengekpresikan dan mengkplorasi dalam cerita wayang kulit namun tetap tak keluar dai pakemnya

Mulai manggung dilakukan pada saat Ki Tino Pamungkas berusia 23 tahun tepatnya di Kota Purwokerto pada tahun 1986

Sejak itu Ki Tino Pamungkas mendapat tanggapan manggung di desa-desa Kecamatan Kembaran,Kecamatan Sumbang ,Kota Purwokerto dan kecamatan-kecamatan lain di wilayah Kabupaten Banyumas.

Ayah tiga anak Larasati Kusumawardani,Reski Wening Hayuningtyas dan Galih Satriyo Wibowo buah hati pernikahan denga wanita cantik asal Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang juga mendalang sampai di luar Pulau Jawa.

Ia pernah manggung dan disiarkan secara langsung oleh RRI Makasar *Sulsel) ,Mamuju (Sulbar) dan lain lainnya.

Aksi mendalang Ki Tino Pamungkas dapat dinikmati lewat media internet You Tube maupun kepingan CD .

Tiga Lakon telah dirilis dan diunggah masing-masing Aji Sastra Jendra Hayuningrat,Rabine Wisanggeni dan Parikesit .

Disamping menjadi dalang yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidupnya,Ki Tino Pamungkas tetap bekerja pada Kantor Perwakilan Pemprov Sulawesi Selatan di Surabaya,

Ia memberikan semangat kepada generasi muda untuk tidak takut memilih profesi menjadi dalang asalkan punya niat yang sungguh sungguh pasti memetik hasilnya.

Wewaler pinisepuh leluhur sapa sing gelem nglakoni bakal kelakon menjadi motivasi bagi kalangan muda untuk mau bertanya dan giat belajar,melestarikan budaya adi luhung warisan leluhur

Penulis: Kang Mul

Editor:

Berita Terkait

Copyright ©2024 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX