Budaya

Ki Dalang Sentel, Dalang Banyumas Pertama Siaran Di RRI Jakarta (2)

Minggu, 24 Juli 2016 20.56

Suara PurwokertoPerjalanan karir Ki Nawan Patmomihardjo dalam dunia pedalangan sejak pertama kali mangung pada tahun 1932 makin lama makin dikenal penggemar wayang kulit karena pesona Ki Nawan yang tampil aktraktif ,menghibur, tak keluar dari pekem lakon wayang kulit.

Pada era keemasannya.Ki Nawan hampir setiap malam mangung dari desa kecamatan ke kecamatan,dan kabupaten ke kabupaten yang mengundangnya (nangggap) untuk ndalang baik hajatan pribadi,kelompok masyarakat,Pemeritahan Desa,pemerintahan Kecamatan dan Kabupaten.

Apalagi pada saat itu wayang kulit sangat digandrungi masyarakat pedesaan disamping kesenian ketoprak ,wayang orang ,namun wayang kulit menjadi pilihan utama setiap kali ada mbarang gawe sunatan,pernikahan ,peringatan HUT Ri,atau kegiatan lain yang diadakan kelompok masyarakat ,perusahaan ,pemerintahan.

Daerah Kabupaten Banyumas hampir seluruhnya pernah menjadi tempat manggung Ki Nawan Patmomihardjo seperti Kecamatan Sumbang,Baturaden,Kedungbanteng,Cilongok,Ajibarang, Pekuncen,Wangon Banyumas, Lumbir, dll.

Wilayah utara Kabupaten Banyumas paling banyak disinggahi Ki Nawan Patmomihardjo karena daerah tersebut sering mendatangkan beliau untuk manggung di desa-desa Kecamatan Kedungbanteng, Cilongok, Baturaden, Ajibarang, Pekuncen.

Tak hanya Kabupaten Banyumas ,ketenaran dalang asal Desa Karangnangka itu juga tak luput dari perhatian masyarakat Kabupaten Purbalinggga ,sehingga Ki Nawan Patmomihardjo juga diiundang manggung di beberapa desa dan kecamatan diwilayah Kabupaten Purbalingga seperti Kecamatan Bobotsari, Kalimanah, dll.

Di Kabupaten Tegal,Ki Nawan Patmomihardjo menjadi dalang langganan PG Pangkah untuk manggung mengisi acara khas "Buka Giling" PG Pangkah .Malam wayangan di PG Pangkah disaksikan oleh Administratur, karyawan dan masyarakat sekitar PGN Pangkah yang sangat menggandrungi Ki Dalang Sentel meski ditanggap setiap tahun namun tetap saja masyarakat berduyun menyaksikan manggungnya,karena tidak membosankan meskipun setiap tahunan.

Dalam satu bulan Ki Nawan Patmomihardjo mendapat tanggapan 24 kali dalam sebulan bahkan bisa lebih.Menjadi dalang kondang pada masa penjajahan belanda,Jepang dan pasca kemerdekaan membutuhkan tenaga super ekstra karena sarana dan prasarana seperti sepeda motor dan mobil belum sebaik jaman sekarang.

Oleh karena jadwal padat manggung yang begitu padat dan menguras pikiran dan tenaga akibatnya fisiknya menurun dan menderita sakit sesudah manggung di desa Kradenan Purbalingga mengharuskan rawat inap selama beberapa hari di RS Trenggiling,Purbalingga.

Menurut dokter yang merawatnya RS Trenggiling Purbalingga,Ki Nawan Patmomihardjo diduga mendertita gejala sakit hernia akibat kelelahan yang menderanya karena setiap malam terus manggung mendalang tanpa henti sehingga kurang istirahat dengan menempuh perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan ,tetap saja mendatangi tempat manggung karena menghormati dan mengahargai undangan panggung masyarakat yang telah memberi kepercayaan kepadanya.

Untuk mencapai tempat hajatan Ki Niswan pada saat itu menggunakan sepeda Hartog, sepeda yang cukup lumayan harganya diajadikan alat transportasi berngkat dari desa Karangnagka ke desa tempat manggung.

Mengayuh sepeda Hartog sudah menjadi kebiasaan dan keharusan Ki Nawan karena tak ada pilihan lain agar segera sampai ke tempat tujuan bersama pangrawit dan pesinde,sementara alat musik gamelan sebelum mempunyai sendiri menggunakan kerabat dan sahabat yang telah mempunyai Gamelan di daerah sekitar tempat Ki Nawan manggung.

Salah satu prestasi yang ditorehakan Ki Dalang Sentel saat diundang manggung di Ibu Kota Jakarta di Stasiun Kereta Api Jatinegara,Jakarta Timur pada tahun 1956 dengan mengambil lakon "Wisanggeni "Lahir menjadi tonggak awal berkibarnya wayang kulit Gagrak Banyumasan di tingkat nasional.

Puncak penampilan dalang putra pertama Ki Purwasemita adalah saat manunggung di lapangan IKADA Jakarta yang disiarkan secara langsung secara nasional oleh Stasiun RRI Jakarta ,Saat itulah Ki Nawan Patmomihardjo mencatatkan diri menjadi "dalang pertama dari daerah Banyumas " yang manggung disiarkan secara langsung oleh RRI Jakarta.

Penulis: Kang Mul

Editor:

Berita Terkait

Copyright ©2024 Suara Purwokerto. All Rights Reserved

Version: 1.23.3 | Build ID: FHBRa1vRFd-dgFqX1RoWX